TIMES MAGELANG, MAGELANG – Literasi merupakan fondasi utama dalam perkembangan anak usia dini. Bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, namun juga membentuk cara berpikir, berkomunikasi, dan memahami dunia di sekitarnya. Di masa emas pertumbuhan ini, stimulasi literasi yang tepat akan menumbuhkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan kepercayaan diri pada anak.
Menyadari urgensi tersebut, Universitas Tidar sebagai lembaga pendidikan tinggi turut mengambil peran aktif dalam pengabdian kepada masyarakat melalui, Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan memberikan pendampingan.
Rini Estiyowati Ikaningrum, salah satu dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Tidar Magelang yang menjadi ketua dalam program tersebut menuturkan bahwa, pengabdian itu bukan hanya wujud komitmen akademik, tetapi juga bentuk nyata kepedulian terhadap masa depan generasi bangsa.
"Dengan kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan tenaga pendidik, kegiatan literasi menjadi jembatan antara ilmu dan kemanusiaan, menciptakan ruang belajar yang menyenangkan, inklusif, dan bermakna bagi anak-anak di usia dini," terang Rini Estiyowati, pada Kamis (16/10/2025).
Rini menambahkan bahwa program yang diketuainya itu berlangsung selama sekira 3 bulan dan telah selesai dilaksanakan pada September lalu. Program dilaksanakan oleh tim PKM Universitas Tidar. Mereka terdiri dari dosen dan mahasiswa, bekerja sama untuk mendampingi Guru PAUD dalam mengembangkan kegiatan literasi yang kreatif dan menyenangkan.
Rini Estiyowati Ikaningrum, S.S., M.Pd (kiri) berfoto bersama dengan anak-anak. (FOTO: Dok. Rini Estiyowati for TIMES Indonesia)
"Program tersebut bertujuan untuk memberikan pendampingan kepada guru PAUD di TK Bakti Husada Magelang dalam memanfaatkan Pojok Literasi secara optimal," jelas Rini.
Bukan hanya itu, tim juga mengadakan sesi dongeng interaktif bersama pendongeng professional, Anik Triyani, Sarjana Komunikasi dari Komunitas Literasi Anak Magelang (LAM).
Dalam sesi itu anak-anak diajak untuk mendengarkan serta menyimak cerita dengan penuh imajinasi. Saat anak-anak menyimak, mereka disuguhkan buku yang tidak hanya berisi tulisan namun memperlihatkan gambar dari alur cerita, karakter, dan tambahan elemen lainnya yang menggemaskan.
Dikemas dengan warna yang padu dan beberapa gambar yang bisa digerakkan. Hal itu semakin membuat anak-anak semakin bersemangat.
Pendongeng professional, Anik Triyani, dari Komunitas Literasi Anak Magelang (LAM) saat mendongeng di hadapan anak-anak PAUD. (FOTO: Dok. Rini Estiyowati for TIMES Indonesia)
Di penghujung sesi, pendongeng memberikan beberapa pertanyaan untuk lebih memperdalam jalinan interaksi dengan siswa, serta untuk mengetahui sejauh mana mereka paham dan mendengarkan cerita yang disampaikan.
Bagi mereka yang berhasil menjawab akan diberikan hadiah, meski akhirnya semua mendapatkan snack lezat dan buku cerita kecil sebagai kenang-kenangan, yang bisa mereka bawa pulang.
Bukan hanya itu, sebagai ucapan terimakasih dari tim, buku-buku dongeng yang interaktif dan menarik diberikan kepada sekolah sebagai bentuk apresiasi dan dukungan kepada sekolah, selain agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan Pojok Literasi.
"Program ini menjadi bukti bahwa literasi dapat ditanamkan dengan cara yang menyenangkan, bermakna, dan berkelanjutan. Semoga minat baca yang dimiliki anak-anak semakin bertumbuh dan berkelanjutan," pungkas Rini Ikaningrum. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dari Untidar ke Pojok Literasi: Cerita yang Menghidupkan Imajinasi Anak
Pewarta | : Hermanto |
Editor | : Deasy Mayasari |