TIMES MAGELANG, PACITAN – Duka menyelimuti keluarga besar calon jemaah haji asal Kabupaten Pacitan.

Salah satu jemaah, Ninik Hayati binti Jafar, asal RT 02 RW 02 Dusun Tambaan, Desa Tambakrejo, Kecamatan Pacitan, meninggal dunia sebelum sempat berangkat ke Tanah Suci.

Perempuan yang semestinya berangkat bersama Kloter 55 itu menghembuskan napas terakhir pada 6 Mei 2025 lalu setelah menderita stroke. Kabar duka ini dibenarkan oleh pihak keluarga.

“Wafatnya di rumah, Desa Tambakrejo, yang sebelumnya sempat dirawat di RS Bethesda Jogja. Jadi Bu Ninik diajak pulang masih menggunakan alat bantu ventilator. Ketika sudah sampai rumah, alatnya dicabut, tidak lama meninggal,” terang kerabat almarhumah, Karis Syaikhoni, Rabu (14/5/2025).

Meski kehilangan satu jemaah, proses persiapan haji Kabupaten Pacitan tetap berjalan sesuai rencana. Tahun ini, jumlah calon jemaah haji Pacitan tercatat sebanyak 206 orang.

Jumlah itu terdiri atas 203 jemaah reguler, termasuk beberapa jemaah cadangan yang naik ditambah dua petugas haji daerah (PHD), dan satu pembimbing dari KBIHU.

Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Pacitan, Mutongin, memastikan seluruh proses teknis telah rampung. 

"Jemaah haji Kabupaten Pacitan saat ini sudah menyelesaikan seluruh proses, mulai dari istitha’ah, pelunasan biaya, hingga bimbingan manasik," jelasnya.

Namun, kata dia, masih ada beberapa jemaah cadangan yang belum menerima perlengkapan seperti koper dan seragam batik nasional. "Insya Allah tidak lama lagi semuanya akan tercukupi," imbuh Mutongin.

Rombongan jemaah dari Pacitan akan diberangkatkan dari Pendopo Kabupaten Pacitan pada 17 Mei 2025 sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka dijadwalkan masuk Asrama Haji di Surabaya pada malam harinya, sekitar pukul 21.00 WIB.

Kloter 55 yang menaungi jemaah dari Pacitan dijadwalkan terbang ke Tanah Suci pada 18 Mei 2025 pukul 09.00–10.30 WIB. Sementara untuk jadwal kepulangan, diperkirakan tiba kembali di Pacitan pada 29 Juni 2025.

Diketahui, sebagian besar jemaah haji asal Pacitan tahun ini adalah lanjut usia (lansia), dengan rentang usia di atas 60 tahun.

Ini menjadi perhatian tersendiri bagi panitia, mengingat kondisi fisik lansia membutuhkan pengawasan serta penanganan yang lebih intensif selama menjalankan ibadah haji di Arab Saudi.

Selain 206 jemaah yang telah ditetapkan berangkat, terdapat pula 13 orang jemaah dengan status cadangan.

Mereka masih menunggu kepastian dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur terkait ketersediaan kuota tambahan atau pengganti dari daerah lain yang batal berangkat.

"Seluruh proses masih dalam pantauan kami. Kami berharap semua berjalan lancar dan jemaah dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk serta pulang dalam keadaan sehat dan selamat," pungkas Mutongin. (*)