TIMES MAGELANG, MAGELANG – Terdapat beberapa air terjun di Magelang. Salah satunya adalah Air Terjun Sekar Langit. Sekar Langit berlokasi di Desa Telogorejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, air terjun ini berada di lereng Gunung Telomoyo dan dikelilingi oleh keindahan alam yang masih asri, menjadikan tempat ini sangat cocok untuk melepas penat.
Ketinggian air terjun Sekar Langit mencapai sekitar 25 meter, dengan aliran air yang tidak terlalu deras, namun tak pernah kering sepanjang tahun.
Untuk bisa sampai ke lokasi, pengunjung harus menempuh jarak sekitar 600 meter dari area parkir. Meski tidak terlalu lebar, dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, namun jalur menuju lokasi sudah diperbaiki dan dilapisi semen, sehingga aman dan nyaman untuk dilewati.
Pengunjung akan melewati anak tangga yang cukup lebar dan datar, dikelilingi oleh tanaman bambu yang menjulang tinggi. Terdapat jembatan besi dengan cat berwarna-warni. Jembatan ini biasa disebut dengan Jembatan Asmara. Tentu, menambah daya tarik perjalanan menuju air terjun. Dari kejauhan, sesekali terlihat kera yang bergelayut menggantung, berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya.
jalan menuju air terjun Sekar Langit dikelilingi oleh pohon bambu, menjadi udara terasa sejuk. (FOTO: Hermanto/ TIMES Indonesia)
Suara gemuruh air dan udara sejuk menciptakan suasana tenang dan damai. Kolam di bawah air terjun cukup dalam untuk berenang, tak heran bila banyak pengunjung yang menikmati aktivitas dengan mandi dan bermain air, selain ber swa foto.
Legenda di Balik Sekar Langit
Menghimpun dari beberapa sumber, nama Sekar Langit mempunyai arti, Bunga yang jatuh dari langit. Nama ini, oleh warga setempat dikaitkan dengan legenda Jaka Tarub dan Nawangwulan.
Jaka Tarub adalah seorang pemuda tampan dan cerdik yang tinggal di sebuah desa kecil. Suatu hari, saat sedang berburu di hutan, ia melihat beberapa bidadari yang sedang mandi di sebuah air terjun yang indah. Terpikat oleh keindahan mereka, Jaka Tarub memutuskan untuk mendekati mereka.
Setelah semakin dekat, Jaka Tarub melihat selendang-selendang milik para bidadari yang tergantung di dekat air terjun. Jaka Tarub, memutuskan mengambil salah satu selendang milik bidadari, yang akhirnya diketahui bernama Nawangwulan.
Nawangwulan, yang kehilangan selendangnya tidak bisa kembali ke kahyangan dan akhirnya tinggal di bumi dan menikah dengan Jaka Tarub. Mereka hidup bahagia dan memiliki seorang putri. Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama karena Nawangwulan akhirnya menemukan selendangnya yang disembunyikan oleh Jaka Tarub.
Dengan berat hati, Nawangwulan harus kembali ke kahyangan, meninggalkan Jaka Tarub dan putri mereka. Untuk menghilangkan rasa kangen kepada Nawangwulan, Jaka Tarub dan putrinya kerap mandi di kolam, di bawah air terjun yang kini diberi nama Sekar Langit.
Sedangkan untuk bisa masuk dan menikmati pemandangan sekitar air terjun ini, pengunjungnya cukup membayar bea masuk sebesar Rp5.000 per orang, tiket tersebut sudah termasuk asuransi. Wisata air terjun Sekar Langit buka dari pukul 08.00 hingga 18.00 setiap harinya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menelisik Cerita di Balik Air Terjun Sekar Langit
Pewarta | : Hermanto |
Editor | : Deasy Mayasari |