TIMES MAGELANG, PADANG – Baglog merupakan media tanam yang digunakan dalam budidaya jamur tiram. Agroindustri jamur tiram merupakan salah satu bentuk pelestarian lingkungan karena memanfaan limbah. Pada tahapan awal agroindustri jamur tiram telah menerapkan pemanfaatan limbah agroindustri berupa limbah serbuk gergaji dan dedak padi.
Permasalahan yang timbul dalam agroindustri jamur tiram yaitu limbah yang digunakan sebagai media tanam belum sepenuhnya termanfaatakan. Ada masanya media tanam sudah tidak produktif lagi. Media tanam jamur memiliki usia produktif antara 3-4 bulan.
Setelah habis masa pakai tersebut media tanam akan menjadi limbah. Jika satu pembudidaya jamur tiram memiliki media tanam sebanyak 2000 buah maka limbah yang akan dihasilkan kurang lebih 3 kuintal dalam satu tahun.
Pembudidaya membiarkan limbah baglog tersebut menumpuk dan jika tumpukan sudah banyak maka dilakukan pembakaran limbah tersebut yang lambat laun akan menyebabkan masalah polusi udara Limbah media tanam ini jika tidak dimanfaatkan akan menimbulkan dampak buruk baik bagi pembudidaya jamur tiram maupun dampak terhadap lingkungan.
Dampak yang terjadi bagi pembudidaya yaitu limbah baglog yang sudah tidak produktif lagi masih mengandung nutrisi yang dapat menunjang pertumbuhan kapang maupun jamur lainnya. Kapang yang tumbuh akan menerbangkan spora dimana dampaknya yaitu akan terbang ke media tanam yang produktif sehingga menghambat pertumbuhan dari jamur tiram atau terkontaminasi.
Dampak bagi lingkungan yaitu limbah media tanam yang tidak dimanfaatkan dapat merusak lingkungan diantaranya dapat menimbulkan bau tidak sedap.
Solusi dalam mengatasi limbah tersebut salah satunya biokonversi limbah baglog jamur tiram menjadi produk seperti pupuk kompos, kertas dan biobriket. implementasi teknologi biokonversi tujuan untuk mencapai kegiatan zero waste dalam agroindustri jamur.
Limbah media tanam jamur tiram yang tidak produktif masih mengandung kandungan nutrisi N (0,8%), P (0,8%), K (0,16%), dan C-organik (52 %) dan memiliki lignin, selulosa dan hemiselulosa dengan proses deliginifikasi dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.
Limbah baglog yang tidak produktif masih terkandung karbon sehingga dapat dimanfaatkan menjadi biobriket. Kandungan selulosa, hemiselulosa dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kertas seni.
Pemanfaatan limbah baglog menjadi produk-produk di atas dapat meningkatkan nilai tambah dimana limbah yang menjadi masalah menjadi solusi. Pemanfaatan limbah tersebut mengatasi masalah tanpa masalah. (*)
***
*) Oleh : Risa Meutia Fiana, STP, MP, Dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Peningkatan Nilai Tambah Limbah Baglog Jamur Tiram
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |