https://magelang.times.co.id/
Berita

Mengupas Tradisi Nyadran dalam Menyambut Datangnya Ramadan

Kamis, 07 Maret 2024 - 14:02
Mengupas Tradisi Nyadran dalam Menyambut Datangnya Ramadan Tradisi Nyadran yang dilakukan warga Kampung Tidar Dudan, di Makam Mbah Dudo. (FOTO: Hermanto/TIMES Indonesia)

TIMES MAGELANG, MAGELANG – Menjelang bulan Ramadan masyarakat di Magelang, Jawa Tengah banyak yang melakukan tradisi Nyadran. Tradisi yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu ini hingga sekarang masih melekat di kehidupan masyarakat Jawa.

Melansir dari berbagai sumber, Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha” yang memiliki arti keyakinan. 

Berdasarkan sejarah, tradisi ini merupakan sebuah bentuk akulturasi budaya jawa dengan ajaran islam. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan Sya’ban, Kalender Hijriyah atau Ruwah pada Kalender Jawa. Karena itu, sebagian masyarakat menyebut Nyadran dengan Ruwahan. 

Sedang inti dari digelarnya acara tersebut adalah untuk berdoa. Baik mendoakan para leluhur atau berdoa meminta keselamatan dan ungkapan atau bentuk rasa syukur bagi mereka yang masih hidup.

Nyadran telah dilakukan sejak sebelum Agama Islam masuk ke Indonesia yaitu pada zaman Hindu-Budha. Saat itu sekitar tahun1284, terdapat tradisi yang serupa dengan Nyadran yang disebut dengan Sradha. 

Tradisi Sradha yang ada saat itu adalah, memberika sesaji dan penghormatan kepada arwah orang yang telah meninggal. Tradisi itupun hanya dilakukan untuk mengenang kepergian Raja.

Seiring perkembangan kemajuan perkembangan budaya, Nyadran dilakukan oleh hampir semua lapisan masyarakat. Selain itu juga dikemas dengan berbagai macam bentuk seperti melakukan berseh atau bersih.

Kegiatan berseh adalah, membersihkan makam para leluhur. Dalam kegiatan ini, masyarakat dan antar keluarga saling bekerjasama untuk membersihkan makam leluhur mereka.

Kirab Makanan. Di beberapa daerah, makanan yang akan disantap diarak. Araka-arakan tersebut ada yang memang direncanakan dan dikemas dengan menarik dan meriah. 

Namun juga ada yang terjadi secara spontan tanpa dikondisikan atau direncanakan. Para warga secara bersama, berjalan menuju ke tempat, di mana pelaksanaan Nyadran digelar.

Salah satu kampung di Kota Magelang, yang mengadakan acara Nyadran adalah Tidar Dudan. Kampung yang ada di Kelurahan Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, itu sudah rutin melaksanakan acara Nyadran.

Salah satu tokoh agama dari Pondok Pesantren Tidar, Ustadz Bahrudin (42) menerangkan bahwa, Nyadran merupakan sarana pembersih.

"Sebelum melaksanakan puasa Ramadan sudah seharusnya kita menyucikan diri. Dalam acara Nyadran kita niatkan untuk menggapai berkahan di bulan Ramadan nanti,” terangnya.

Dalam pelaksanaan Nyadran, Bahrudin mengakui jika memang masih ada sebagian masyarakat yang belum tahu apa maksud dan tujuan Nyadran.

"Memang masih ada masyarakat yang menganggap bahwa Nyadran itu mengirim atau memberikan sesaji untuk para leluhur, ajaran Islam tidak mengenal sesaji dan dalam Nyadran sebenarnya juga tidak ada ritual sesaji," terangnya.

"Makanan yang ada kita doakan dan kita makan bareng, kalaupun pelaksanaannya di kuburan, itu karena sebelumnya kita mendoakan para leluhur kita," jelasnya terkait tradisi Nyadran yang kerap digelar untuk menyambut bulan Ramadan. (*)

Pewarta : Hermanto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Magelang just now

Welcome to TIMES Magelang

TIMES Magelang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.